Selasa, 20 April 2021

Permasalahan-permasalahan di Bidang Kelautan Hidrosfer

 

Permasalahan-permasalahan di Bidang Kelautan

Hidrosfer

Laut merupakan tubuh benda cair yang menempati mayoritas permukaan bumi. Lebih dari 70% permukaan bumi ditutup oleh lautan. Kondisi ini membuat bumi memiliki faktor pendukung vital dalam menunjang kehidupan di bumi. Keberadaan air menjadikan berbagai bentuk kehidupan makhluk hidup dapat bertahan dalam memenuhi kebutuhannya.

Meskipun merupakan salah satu faktor vital yang menunjang kelangsungan kehidupan di bumi, namun kenyataannya masih banyak permasalahan-permasalahan di bidang kelautan yang dapat mengancam kelangsungan tersebut. Beberapa permasalahan tersebut antara lain :

  • Kerusakan terumbu karang
    Pada kawasan pantai dengan terumbu karang yang banyak akan membuat berbagai jenis ikan banyak pula hidup di kawasan tersebut. Hal ini tak lain karena terumbu karang dapat dikatakan merupakan rumah dan menyediakan sumber bahan makanan bagi ikan. Selain itu kawasan terumbu karang juga menyediakan pemandangan yang indah sehingga tentu dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Namun terumbu karang di beberapa negara banyak yang rusak dan hancur. Salah satu kegiatan manusia yang sering menyebabkan terjadikan kerusakan pada terumbu karang adalah penggunaan bahan peledak dalam usaha mencari ikan.

    Begitu banyaknya ikan di kawasan terumbu karang membuat nelayan melakukan penangkapan menggunakan bahan peledak. Dari segi waktu dan kemudahan tentu penggunaan bahan peledak ini efektif untuk mendapatkan tangkapan dalam jumlah banyak. Namun di sisi lain penggunaan bahan peledak membuat terumbu karang yang menjadi sarang ikan mengalami kerusakan. Karena terumbuh karang merupakan sarang atau rumah bagi ikan maka begitu mengalami kerusakan tidak akan ditinggali lagi oleh ikan-ikan. Dengan semakin banyaknya terumbu karang yang rusak tentu akan mengurangi jumlah ikan untuk masa yang akan datang. Selain itu kerusakan terumbu karang membuat pemandangan bawah laut menjadi rusak dapat menyebabkan pantai tersebut akan sedikit pengunjung yang datang berwisata.
    .
  • Pencemaran air laut
    Laut merupakan sumber kehidupan yang menawarkan kekayaan nabati. Berbagai jenis hewan dan tumbuhan hidup di laut dan mendapatkan bahan makanan yang telah disedikan oleh alam. Namun banyak wilayah lautan yang mengalami kerusakan baik bagian dasar laut dangkalnya maupun kondisi airnya. Salah satu penyebab kerusakan air laut yang lain adalah pencemaran. Pencemaran yang terjadi di laut berasal dari limbah-limbah hasil aktivitas manusia. Limbah-limbah tersebut dapat berupa :
    • Limbah rumah tangga
      Banyaknya rumah-rumah penduduk yang tinggal di sepanjang aliran sungai membuang limbah rumah tangganya di sepanjang aliran sungai. Pada saat sampai di muara sungai limbah tersebut ikut masuk ke laut dan menyebabkan pencemaran laut dan membuat kerusakan ekosistem laut.
    • Limbah industri
      Kegiatan-kegiatan industri yang menghasilkan limbah-limbah berbahaya bagi lingkungan kadang juga berbuat nakal dengan membuang limbah ke laut langsung atau melalui aliran sungai. Hal ini menyebabkan pantai menjadi tercemar. Semakin banyak industri yang membuang limbah tanpa pengolaha lebih dulu tentu dapat menyebabkan potensi pencemaran juga semakin tinggi. Pencemaran yang makin tinggi tentu semakin tinggi pula tingkat kerusakan lingkungan di laut.
    • Tumpahan minyak mentah
      Kapal-kapal tanker yang membawa minyak mentah pada saat mengalami kebocoran dan kemudian minyak mentah di dalamnya tumpah ke laut maka akan menyebabkan pencemaran laut yang parah. Begitu pula dengan kebocoran di penambangan minyak lepas pantai juga turut menyebabkan pencemaran yang membuat kerusakan perairan laut dan lingkungan di bawahnya.

      .
  • Sampah-sampah mengotori laut
    Pantai menawarkan keindahan pemandangan baik di permukaan maupun pemandangan bawah laut, semilir angin, deburan ombah dan berbagai daya tarik lain kepada pengunjung. Semakin indah dan eksotis suatu pantai memiliki kecenderungan akan didatangi oleh wisatawan. Pantai yang ramai pengunjung memberikan banyak keuntungan bagi pengelola wisata hingga pedagang-pedagang asongan karena kunjungan wisatawan yang banyk, namun di satu sisi wisatawan pantai yang semakin banyak juga membuat masalah. Salah satu adalah banyaknya smapah-sampah berceceran di sepanjang pantai baik di daratan maupun di wilayah perairannya.

    Banyaknya sampah di pantai dapat disebabkan oleh wisatawan yang membuang bahan habis pakai secara sembarang di pantai seperti plastik-plastik bungkus makanan, botol-botol minuman dan berbagai sampah lain. Selain itu pembuangan sampah sembarang oleh penduduk di sepanjang aliran sungai yang bermuara ke laut juga turut menyebabkan pencemaran. Sampah-sampah yang berserakan dai tepi pantai hingga di perairan selain menyebabkan kerusakan pada ekosistem pantai juga mengganggu pemandangan sehingga keindahan pantai menjadi berkurang.
    .
  • Kenaikan muka air laut.
    Kenaikan muka air laut merupakan bentuk kerusakan laut yang terjadi dalam skala besar sebagai akibat dari pemanasan global. Global warming membuat gletser meleleh dan menyebabkan kenaikan muka air laut menjadi naik serta suhu air laut menghangat. Beberapa ekosistem lingkungan sekitar pantai mengalami kerusakan akibat kenaikan muka air laut tersebut. Selain itu garis pantai berpindah ke dalam dan menyebabkan luas daratan menjadi berkurang.

Sumber Tulisan

  1. Dahuri, Rokhman. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  2. Hutabarat, S. dan Stewart Evans, M. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
  3. Nontji, Anugerah. 1986. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan

Manfaat Laut Bagi Kehidupan Hidrosfer

 Wilayah perairan laut mendominasi permukaan bumi. Lebih dari 70% permukaan bumi ditutupi oleh air laut. Laut yang sangat luas ini memberikan keuntungan bagi bumi yaitu suhu di bumi yang stabil sangat mendukung kelangsungan makhluk hidup. Selain itu laut juga memiliki potensi-potensi lain yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.

Sumber Daya Laut

Laut memiliki banyak potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia, yaitu sumber mineral dan sumber daya nabati.

  1. Sebagai Sumber Mineral
    • Garam untuk keperluan rumah tangga seperti memasak maupun keperluan kegiatan industri.
    • Mineral-mineral karbonat yang diambil dari sebangsa lumut (potash).
    • Fosfat berasal dari tulang-tulang ikan dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
    • Sumber minyak di lepas pantai seperti di Laut Jawa.
  2. Sebagai Sumber Daya Nabati
    • Rumput laut yang dibudidayakan di wilayah lautan dangkal dapat digunakan untuk bahan pembuat agar-agar.
    • Tumbuhan laut dan hewan laut lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk manusia, antara lain
    • Plankton
      Plankton adalah gabungan dari jasad-jasad hewan dan tumbuhan bersel satu. Plankton tidak dapat bergerak sendiri, tetapi hidup dengan mengapung di permukaan atau dekat permukaan air laut maka termasuk golongan pelagis pasif. Beberapa jenis plankton antara lain :
      • Mikroplankton, yaitu plankton-plankton berukuran kecil seperti radiolaria (hewn) dan diatome (tumbuhan)
      • Phytoplankton, yaitu plankton jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup pada kedalaman tidak lebih dari 100 m, sehubungan dengan kebutuhan akan sinar matahari untuk proses fotosintesis.
    • Nekton
      Nekton adalah gabungan dari binatang-binatang yang dapat berenang terutama binatang laut. Nekton termasuk golongan pelagis yang bergerak secara aktif, misalnya ikan, cumi-cumi, gurita, dan lain-lain.
    • Bentos
      Benthos adalah organisme laut yang hidupnya terikat di dasar laut. Dari golongan ini ada yang hidup merangkak pada dasar laut, misalnya cacing laut, tiram, remis, tetapi ada pula yang menempel pada dasar laut, misalnya rumput laut, ganggang, dan bunga karang

Pemanfaatan Perairan Laut

Wilayah perairan laut yang luas dapat dimanfaatkan manusia untuk berbagai aktivitas yang dapat menjamin kelangsungan hidupanya. Beberapa bentuk pemanfaatan perairan laut tersebut antara lain :

  • Prasarana Perhubungan dan Pengangkutan
    Laut dapat dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas kapal-kapal angkutan antarpulau sehingga arus transportasi barang dan manusia dapat berlangsung dengan baik. Hubungan timbal balik antarnegara baik di bidang sosial, ekonomi, politik, dan bidang-bidang lain akan baik pula.
  • Sumber Tenaga
    • Arus laut dapat menghemat penggunaan bahan bakar perahu, adanya arus laut perahu dapat meluncur dengan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga.
    • Gerak pasang surut air laut juga dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.
  • Daerah Perikanan
    Sumber daya hewan tersebut berupa berbagai jenis ikan, kerang, kepiting, udang, mutiara, dan lain-lain dapat memberikan kehidupan bagi penduduk.
  • Daerah Pertanian
    Kegiatan budidya pertanian laut dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasang naik dan pasang surut untuk persawahan (sawah pasang surut).
  • Tempat Rekreasi/Pariwisata
    Kawasan laut dengan relief pantainya yang indah banyak didatangi para wisatawan. Pengunjung pantai dapat menikmati pemandangan keindahan alam di pantai, semilir angin, deburan ombak, bermain dan berenang di bagian air laut yang dangkal dan aman maupun kegiatan-kegiatan wisata lain.
  • Pertahanan dan Keamanan
    Bagi negara-negara yang dikelilingi lautan atau negara yang bersifat maritim maka wilayah laut yang dimiliki oleh negara tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana pertahanan dan keamanan negara. Perahu-perahu asing yang masuk ke wilayah peraiaran suatu negara bisa ditangkap karean melanggar ketentuan hukum internasional maupun nasional.
  • Sumber Minyak Bumi
    Sumber minyak bumi tidak hanya terdapat di daratan, justru sebagian besar malah terdapat di bawah dasar laut. Bentuk pemanfaatan minyak bumi adalah dengan melakukan pengeboran dengan sistem subseawell, yaitu dengan peralatan bangunan terapung yang dijangkar vertikal dengan garis tegangan yang dapat menahan keseluruhan struktur pada tempatnya.
  • Laut Sebagai Pengatur Iklim
    Perbedaan sifat fisik air laut dan sifat fisik daratan dapat menimbulkan gerakan udara (angin). Bersama-sama dengan angin tersebut maka uap air laut terbawa dan dapat menyejukkan atau memanaskan tempat yang dilalui, serta dapat menimbulkan turun hujan.

Sumber Tulisan

  1. Dahuri, Rokhman. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  2. Hutabarat, S. dan Stewart Evans, M. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
  3. Nontji, Anugerah. 1986. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan

Sabtu, 17 April 2021

Sifat Fisik dan Sifat Kimia Air Laut Hidrosfer

 

Sifat Fisik dan Sifat Kimia Air Laut

Hidrosfer

= – = – =

Laut merupakan tubuh air yang menempati sebagian besar permukaan bumi. Sebanyak 71% lautan menutup permukaan bumi, sedangkan 29% adalah daratan. Laut memiliki sifat kimia dan sifat fisik antara lain warna, suhu, kadar garam, tekanan dan densitas. Tidak semua lautan di bumi memiliki sifat-sifat penyusun yang sama. Ada laut yang memiliki warna berbeda dengan laut lain, suhu yang berbeda, tekanan yang berbeda, densitas air yang berbeda hingga kadar garamnya juga tidak sama. Lebih lanjut tentang sifat fisik dan kimian air laut ini mari kit bahas lebih lanjut.


Warna Laut

Warna air laut tergantung pada zat-zat yang terlarut dalam air laut baik organik maupun anorganik. Pada umumnya, laut berwarna biru, tetapi karena pengaruh zat-zat terlarut itulah warna laut dapat berbeda-beda. Berikut macam-macam warna air laut.

  1. Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai memantulkan warna hijau, yaitu dengan adanya plankton dalam jumlah yang banyak.
  2. Warna kuning, karena adanya lumpur kuning yang terdapat pada dasar laut. Misalnya, pengaruh endapan dari Sungai Kuning atau Sungai Hoang ho di Cina.
  3. Warna ungu, karena adanya organisme yang mengeluarkan sinar fosfor, misalnya, di Laut Ambon.
  4. Warna biru, karena adanya sinar biru dari matahari (gelombang pendek) yang dipantulkan lebih banyak dari yang lain.
  5. Warna merah, karena adanya binatang-binatang kecil yang berwarna merah yang terapung-apung di laut, misalnya, Laut Merah.
  6. Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es, misalnya, laut di daerah kutub.
  7. Warna hitam, karena adanya lumpur hitam di dasar laut.

.

Suhu Laut

Suhu air laut pada daerah satu dengan daerah lain berbeda-beda. Suhu ditentukan oleh letak lintang geografis suatu tempat, besar kecilnya pemanasan matahari, serta keadaan angin. Di laut daerah tropis, umumnya suhu air laut mencapai 30° C, misalnya, di Teluk Meksiko dan Laut Tiongkok. Di laut-laut pinggir yang tertutup, dapat mencapai 33° C, sedangkan di daerah pertengahan suhu permukaan air laut sekitar 5° – 18° C

Suhu air laut di permukaan bumi menunjukkan ada perbedaan-perbedaan walaupun tidak besar.

  1. Suhu air di Samudra Atlantik rata-rata 16,9° C.
  2. Suhu air di Samudra Hindia rata-rata 17,0° C.
  3. Suhu air di Samudra Pasifik rata-rata 19,1° C.
  4. Rata-rata suhu air laut di dunia 17,4°C.

Suhu permukaan air laut di Indonesia sekitar 26,3° C, ini menunjukkan suhunya lebih tinggi dari suhu rata-rata air laut di dunia. Hal ini disebabkan Indonesia terletak di daerah tropik. Semakin ke dalam suhu air laut semakin dingin karena pengaruh sinar matahari berkurang. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan tumbuhan laut tumbuh dengan subur. Tumbuhan ini penting bagi kehidupan ikan-ikan dan binatang laut lainnya.

.

Kadar Garam (Salinitas)

Salinitas (kadar garam) ialah banyaknya garam dalam gram yang terdapat pada satu liter air laut. Laut airnya terasa asin karena hasil pelapukan dari daratan yang mengandung garam yang dibawa oleh sungai ke laut. Semakin tinggi garam-garam yang terlarut dalam air laut semakin asin air laut tersebut.
Kadar garam biasanya dinyatakan dengan permil (‰) atau perseribu yang menunjukkan berapa gram kandungan mineral dalam setiap 1.000 gram air laut. Misalnya, salinitas Laut Jawa 32‰, hal ini berarti bahwa dalam setiap 1.000 gram air Laut Jawa terlarut kadar garam sebanyak 32 gram.
Salinitas rata-rata lautan ialah sekitar 35‰, sedangkan kandungan garam di laut tersusun atas beberapa persenyawaan, antara lain natrium klorida (77,75%), magnesium klorida (10,89), magnesium sulfat (4,73%), kalsium sulfat (3,60%), kalium sulfat (2,46%), kalsium karbonat (0,35%), magnesium bromida (0,21%), dan unsur runutan (0,01%)

Misalnya, rata-rata kadar garam air laut 35%, artinya setiap 1 kg air laut mengandung garam 35 gram. Kadar garam air laut tidak sama di setiap daerah. Faktro yang mempengaruhi tinggi rendahnya kadar garam suatu lautan adalah sebagai berikut :

  1. Besar kecilnya penguapan. Semakin besar penguapan air laut, kadar garamnya semakin tinggi. Contoh: Laut Kaspia.
  2. Banyak sedikitnya curah hujan. Semakin banyak curah hujan, semakin rendah kadar garamnya. Contohnya, laut-laut di Indonesia.
  3. Banyak sedikitnya air tawar dari sungai yang masuk. Masuknya air tawar menyebabkan rendahnya salinitas. Contohnya Laut Jawa. Banyak sungai yang bermuara di laut ini, seperti Sungai Asahan, Sungai Rokan, Sungai Kampar, Sungai Indragiri, Sungai Batanghari, Sungai Musi, Sungai Kapuas, Sungai Barito, Sungai Ci Tarum, Sungai Ci Manuk, Sungai Ci Liwung, dan Kali Solo (Bengawan Solo).
  4. Banyak sedikitnya cairan es yang masuk ke dalam laut. Hal ini terjadi di daerah yang mengalami musim dingin. Contohnya Laut Baltik.
  5. Aus Laut. Dengan adanya arus laut terjadi percampuran kandungan garam sehingga kadar garamnya menjadi lebih merata.

Tekanan

Air laut memiliki tekanan yang besar dan semakin dalam laut maka semakin besar pula tekanannya. Manusia hanya mampu menyelam hingga kedalaman tertentu karena tekanan yang sangat besar. Di dalam laut, gaya gravitasi yang bekerja ke arah bawah akan diimbangi oleh gaya yang bekerja ke arah atas akibat adanya tekanan. Tekanan yang terjadi di bawah permukaan laut disebut tekanan hidrostatis dan diukur dalam satuan atmosfer (atm). Setiap kedalaman 10 meter, tekanan hidrostatis bertambah 1 atm. Permukaan laut memiliki tekanan 1 atm.

Densitas

Densitas atau kepadatan air laut adalah jumlah massa air laut per satuan volume. Nilai densitas air laut pada umumnya antara 1,02-1,07 gram per cm³. Nilai densitas sangat berkaitan dengan temperatur, salinitas, dan tekanan.

.

Sumber Tulisan

  1. Dahuri, Rokhman. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  2. Hutabarat, S. dan Stewart Evans, M. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
  3. Nontji, Anugerah. 1986. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan

PENANGGULANGAN BENCANA MELALUI EDUKASI, KEARIFAN LOKAL DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN PERAN MASYARAKAT DALAM MITIGASI BENCANA ALAM


Penanggulangan Bencana Alam Melalui Edukasi, Kearifan Lokal, dan Pemanfaatan Teknologi
Penanggulangan bencana alam di Indonesia dapat dilakukan melalui edukasi, kearifan lokal dan pemanfaatan teknologi.

a. Penanggulangan Bencana Alam melalui Edukasi
Untuk mengurangi korban dan kerugian akibat bencana alam, edukasi penanggulangan kebencanaan perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan kebencanaan. Dengan kependidikan kebencanaan, diharapkan masyarakat memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat bencana.
Pendidikan kebencanaan dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal.

a) Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Terkait dengan hal ini, dalam Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014, telah direncanakan adanya implementasi kesiapsiagaan bencana di sekolah/madrasah
Seiring dengan rencana ini diterbitkanlah Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana,
Dalam pedoman ini diakatakan bahwa sekolah aman adalah komunitas pembelajar yang berkomitmen akan budaya aman dan sehat, sadar akan resiko, memiliki rencana matang dan mapan sebelum, saat dan sesudah bencana dan selalu siap untuk merespon pada saat darurat dan bencana.

b) Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Peran orangtua dan masyarakat dalam menanamkan pendidikan kebencanaan sangat dibutuhkan agar dapat meningkatkan tindakan perlindungan dengan cara menjelaskan atau menyajikan informasi tentang bahaya dan risiko yang ditimbulkannya. Pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana harus dirancang untuk membangun budaya aman dan komunitas yang tangguh terhadap bencana.
Pendidikan kebencanaan adalah salah satu solusi internal di masyarakat untuk mengurangi dampak bencana, serta membiasakan masyarakat untuk tanggap dan sigap terhadap bencana yang terjadi. Pendidikan kebencanaan bermacam-macam bentuknya dimulai dari penangulangan bencana berbasis masyarakat, pendidikan kebencanaan untuk menuju masyarakat sadar bencana, serta kearifan lokal masyarakat dalam menangani bencana.

Adapun sasaran pendidikan kebencanaan sesuai dengan yang disampaikan Resolusi Belgrad International Conference On Environmental Education (Soetaryono, 1999), diuraikan sebagai berikut.
  1. Kesadaran, membantu individu ataupun kelompok untuk memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan keseluruhan berikut permasalahan yang terkait.
  2. Pengetahuan, membantu individu atau kelompok sosial memiliki pemahanam terhadap lingkungan total, permasalahan yang terkait serta kehadiran, manusia yang menyandang peran dan tanggung jawab penting di dalamnya.
  3. Sikap, membantu individu atau kelompok sosial memiliki nilai-nilai sosial, rasa kepedulian, yang kuat terhadap lingkungannya, serta motivasi untuk berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengembangan lingkungan.
  4. Keterampilan, membantu individu atau kelompok sosial mengevaluasi persyaratan-persyaratan lingkungan dengan program pendidikan dari segi ekologi, politik, ekonomi, sosial, estetika dan pendidikan.
  5. Peran serta, membantu individu atau kelompok sosial untuk dapat mengembangkan rasa tanggng jawab, dan urgensi terhadap suatu permasalahan lingkungan sehingga dapat mengambil tindakan relevan untuk pemecahannya.

Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah kekayaan budaya setempat yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Terkait dengan lingkungan hidup Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan bahwa kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tatanan kehidupan masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
                                        Gambar .Terasering dengan Sistem Subak Bali
Bentuk kearifan lokal dapat berupa nilai, norma dan kepercayaan, dan aturan-aturan khusus, bahkan syair atau lagu-lagu kebudayaan tertentu.

Beberapa kearifan lokal yang berperan dalam penanggulangan bencana alam antara lain:
  • 1) Nyabuk Gunung di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing atau Ngais Gunung di Jawa Barat atau sengkedan di Bali merupakan sistem pertanian dengan membuat terasering mengikuti garis kontur gunung (contour planting). Kearifan lokal seperti ini dapat mencegah terjadinya tanah longsor.
  • 2) Kearifan suku Mentawai di Sumatera Barat dalam kegiatan perladangan tidak mengenal sitem tebas bakar.
  • 3) Semong dalam cerita rakyat Aceh, Semong menjadi semacam mitugasi bencana yang menyerukan kepada penduduk untuk lari ke bukit ketika gempa.
  • 4) Tradisi Tana’ Ulen suku Dayak Kenyah di kalimantan Timur yang melarang penduduk untuk menebang pohon, membakar hutan, membuat ladang, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang menimbulkan kerusakan hutan di dalam wilayah tana’ ulen.
  • 5) Subak di Bali yang mengelola irigasi untuk sistem pertanian dengan menjaga keseimbangan dan keharmonisan antarmanusia, alam dan Tuhan. Sistem pengairan ramah lingkungan ini di Sulawesi dikenal dengan sebutan Tolai, d Jawa Tengah dikenal dengan dharma tirta, dan di Jawa barat dikenal dengan mitracai.
c. Penanggulangan Bencana Alam melalui Pemanfaatan Teknologi
Pemanfaatan teknologi modern dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana dan menyelamatkan nyawa dan membantu mencegah kerusakan lingkungan. Contoh teknologi modern dalam penanggulangan bencana antara lain teknologi modifikasi cuaca yang telah sering diterapkan untuk penanggulangan bencana asap kebakaran hutan di sejumlah provinsi di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Teknologi modifikasi cuaca merupakan upaya untuk mengkondisikan cuaca agar hujan sampai ke permukaan tanah.

Wilayah Indonesia yang rawan terhadap tsunami membuat ahli teknologi membuat alat pendeteksi gelombang yaitu Indonesian Tsunami Early Warning System (Ina TEWS) yang di dalamnya terdiri dari seismograf yang dioperasikan oleh BMKG, alat pasang surut yang di pasang di pantai-pantai dan dioperasikan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) serta Tsunami Buoy.

                                            


                                              Gambar 13. Alat Deteksi Tsunami (Tsunami Buoy)

2. Partisipasi Masyarakat dalam Mitigasi Bencana Alam di Indonesia
Terkait dengan penanggulangan bencana alam masyarakat sangat berperan penting dengan memenuhi semua kewajiban dan haknya.

Hak setiap anggota masyarakat adalah sebagai berikut:
  • 1) Mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana
  • 2) Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam penyelengaraan penanggulangan bencana
  • 3) Mendapatkan informasi secara tertulis atau lisan tenang kebijakan penanggulangan bencana
  • 4) Berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan, termasuk dukungan psikososial
  • 5) Berpasrtisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya.
  • 6) Melakukan pengawasan sesuai mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana
  • 7) Setiap orang yang terkenan bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar
  • 8) Setiap orang berhak memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang disebabkan kegagalan konstruksi.
  • Sementara itu, kewajiban setiap orang adalah:
  • 1) Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis
  • 2) Memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup
  • 3) Melakukan kegiatan penanggulangan bencana
  • 4) Memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan becana.
Masyarakat hendaknya berpartisipasi dalam mitigasi bencana alam di Indonesia. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapai ancaman bencana. Bentuk partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:
  • 1) Aktif dalam kegiatan identifikasi masalah kebencanaan
  • 2) Memberikan usulan atau pendapat untuk mengurangi resiko bencana
  • 3) Peduli akan upaya untuk mengurangi resiko bencana
  • 4) Menunjukkan upaya bahwa permasalahan bencana merupakan tanggung jawab bersama
  • 5) Ikut serta dalam kegiatan pelaksanaan mitigasi bencana
  • 6) Menjaga berbagai upaya mitigasi bencana
  • 7) Aktif dalam mengevaluasi berbagai kegiatan mitigasi bencana
Rangkuman

  1. Penanggulangan bencana alam dapat dilakukan melalui edukasi, kearifan lokal dan pemanfaatan teknologi. 
  2. Kearifan lokal adalah kekayaan budaya setempat yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup yang mengakomodasi kebijakan dan kearifan hidup. 
  3. Pemanfaatan teknologi modern dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana dapat menyelamatkan nyawa dan membantu mencegah kerusakan lingkungan 
  4. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana






Sabtu, 10 April 2021

Pasang Surut Air Laut

 

Pasang Surut Air Laut


Pasang surut air laut merupakan fenomena naik atau turunnya ketinggian permukaan air laut secara berkala. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti efek sentrifugal rotasi bumi dan faktor gravitasi benda-benda langit (matahari, bulan, dsb). Namun secara umum kita dapat membedakkan pasang menjadi dua yaitu: pasang purnama dan pasang perbani.

Pada pasang purnama, faktor yang paling dominan bekerja adalah gaya gravitasi bulan. Besarnya dua kali lipat gaya gravitasi yang disebabkan oleh matahari. Hal ini dikarenakan posisi bulan yang lebih dekat dengan bumi. Gaya gravitasi menyebabkan tarikan air laut ke arah bulan dan matahari sehingga menghasilkan dua tonjolan keluar (bulge) air laut. Terdapat dua jenis pasang yaitu pasang purnama (spring tide) dan pasang perbani (neap tide). Berikut merupakan ilustrasi fenomena pasang laut purnama

Terlihat dari gambar fenomena air laut pasang purnama terjadi dua kali dalam sebulan yaitu saat bulan baru (new moon) dan bulan purnama (full moon). Hal ini terjadi saat matahari, bumi dan bulan berada pada satu garis lurus. Pada saat ini permukaan air laut pada daerah yang mengalami purnama akan pasang pada titik tertinggi (titik A dan B), dan daerah yang tidak mengalami purnama akan surut pada titik terendah (titik C dan D).

Sedangkan pada pasang perbani (neap tide) terjadi saat bumi, bulan dan Matahari membentuk sudut tegak lurus satu sama lain. Pada saat ini permukaan air laut mengalami pasang naik yang tidak terlalu tinggi (titik A dan B) dan surut yang tidak terlalu rendah (titik C dan D). Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan kuarter pertama dan kuarter ketiga. Berikut merupakan ilustrasi fenomena pasang laut perbani


SUMBER :

https://www.zenius.net/prologmateri/fisika/a/590/pasang-surut-air-laut




Rabu, 07 April 2021

Lembaga-lembaga Dalam Penanggulangan Bencana Mitigasi Bencana

 

Lembaga-lembaga Dalam Penanggulangan Bencana

Mitigasi Bencana

= – = – =

Bencana adalah kejadian yang tidak akan diharapkan terjadi oleh semua orang, karena berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya. Kesedihan para korban bencana, luka-luka yang diderita dan trauma secara psikologis yang mereka rasakan. Kerusakan-kerusakan sarana prasarana fisik yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian moril maupun materiil.

Kegiatan managemen bencana hendaknya dilakukan oleh semua orang, baik secara individu maupun berkelompok. Pemerintah melalui UU nomor 24 tahun 2007 menjelaskan lembaga yang diberikan kewenangan untuk menangani penanggulangan bencana yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun selain BNPB, banyak lembaga-lembaga yang lain baik pemerintah maupun non pemerintah juga turut berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan bencana.

Kelembagaan penanggulangan bencana alam yang di bentuk mempunyai tujuan dan fungsi yang berkaitan erat yaitu upaya untuk mengurangi timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Beberapa lembaga pemerintah yang diberikan kewenangan dalam menangani bencana dengan tugas sesuai di bidangnya masing-masing adalah sebagai berikut :

1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah lembaga pemerintah non-kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penanggulangan bencana. BNPB berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Tugas BNPB :

    • Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi secara adil dan setara
    • Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perungang-undangan
    • Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat
    • Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi tanggap darurat
    • Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dam internasional
    • Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBN
    • Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan
    • Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
      Daerah.

Fungsi BNPB :

    • Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta aktif dan efisien
    • Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.

.

2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Dibawah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di seluruh Indonesia ada Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/ Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana. BPBD dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.

Tugas BPBD :

    • Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan merata.
    • Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.
    • Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana.
    • Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.
    • Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya.
    • Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap bulan dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.
    • Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.
    • Melaksanakan kewajiban lain sesuai peraturan perundang-undangan.

Fungsi BPBD :

    • menyusun konsep pelaksanaan kebijakan penanggulangan bencana daerah
    • memantau penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah.
    • mengevaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah.

.

3. Badan SAR Nasional (Basarnas)

Badan SAR Nasional (BASARNAS) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Tugas Basarnas :

Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue).

Fungsi Basarnas :

Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Badan SAR Nasional menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

    • perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang SAR
    • perumusan kebijakan teknis di bidang SAR
    • koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang SAR
    • pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR
    • pelaksanaan siaga SAR
    • pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR
    • pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR
    • pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang SAR
    • penelitian dan pengembangan di bidang SAR
    • pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang SAR
    • pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR
    • pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Badan SAR Nasional
    • penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum
    • pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan SAR Nasional
    • penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR.

.

4. PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah salah satu
unit di lingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.

Tugas PVMBG :

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mempunyai tugas melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.

Fungsi PVMBG :

    • penyiapan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta rencana dan program di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi
    • pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemetaan tematik dan analisis risiko bencana geologi, serta peringatan dini aktivitas gunungapi dan potensi gerakan tanah dan pemberian rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi
    • pembinaan jabatan fungsional pengamat gunungapi
    • pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemetaan tematik dan analisis risiko bencana geologi, serta peringatan dini aktivitas gunungapi dan potensi gerakan tanah dan pemberian rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi
    • pelaksanaan administrasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

.

5. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah Lembaga Pemeintah Non Kementerian (LPNK) di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi dan Wewenang BMKG :

    • Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Pelaksanaan, pembinaan, pengendalian, observasi dan pengolahan data informasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Penyampaian informasi kepada intansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan denga perubahan iklim
    • Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada pihak terkat serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Pelaksanaan kerjasama internasional di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan pengembangan di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian instrumentasi, kalibarsi, dan jaringan komunikasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Koordinasi dan kerjasama instrumentasi, kalibrasi dan jaringan komunikasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintah di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika
    • Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dan administrasi di lingkungan BMKG
    • Pengolahan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab BMKG
    • Pengawasan asat pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG
    • Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika

.

Lembaga non pemerintah yang juga dapat turut serta dalam kegiatan penanggulangan bencana antara lain :

1. Lembaga Usaha

Lembaga usaha mendaptkan kesempatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana baik secara tersendiri maupun bersama dengan pihak lain. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh lembaga usaha, antara lain :

    • Lembaga usaha menyeseuaikan kegiatannya dengan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
    • Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada pemerintah dan/atau badan yang diberi tugas melakukan penanggulangan bencana serta menginformasikan kepada publik secara transparan.
    • Lembaga usaha berkewajiban mengindahkan prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan fungsi ekonominya dalam penanggulangan bencana.

.

2. Lembaga Internasional

Lembaga internasional adalah organisasi yang berada dalam lingkup struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi internasional lainnya dan lembaga asing non pemerintah dari negara lain di luar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dapat ikut serta dalam kegiatan penanggulangan bencana dan mendapat jaminan pelindungan dari Pemerintah terhadap para pekerjanya.



1 LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERPERAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM


2 KelembagaanKelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

3 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

4 Tugas BNPBMemberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang- undangan;Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat;Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional;Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan; danMenyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

5 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana. BPBD dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008, menggantikan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana (Satkorlak) di tingkat Provinsi dan Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) di tingkat Kabupaten/Kota, yang keduanya dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun

6 Fungsi BPBD Sedangkan fungsi BPBD Provinsi, yaitu :
perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien; danpengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.penyusunan pedoman operasional terhadap penanggulangan bencanapenyampaian informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat;penggunaan dan pertanggungjawaban sumbangan / bantuan;pelaporan penyelenggaraan penanggulangan bencanpelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.

7 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Memiliki tugas untuk melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.

8 Fungsi PVMBGPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyelenggarakan fungsi:Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta rencana dan program di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi;Pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemetaan tematik dan analisis risiko bencana geologi, serta peringatan dini aktivitas gunungapi dan potensi gerakan tanah dan pemberian rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi;Pembinaan jabatan fungsional pengamat gunungapi;Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemetaan tematik dan analisis risiko bencana geologi, serta peringatan dini aktivitas gunungapi dan potensi gerakan tanah dan pemberian rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi; danPelaksanaan administrasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

9 Palang Merah Indonesia
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.Beberapa tujuannya adalah :Meningkatkan kapasitas sumber daya organisasi PMI di berbagai tingkatan, baik sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan dalam operasi penanganan bencana di seluruh wilayah Indonesia.Meningkatkan ketahanan masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak bencana serta penyakit.

10 Departemen Kehutanan, Ditjen Pengendalian Kebakaran Hutan
Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan, koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi bimbingan teknis, dan supervise pelaksanaan urusan di daerah bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan.Memiliki fungsi dalam hal  kebijakan pencegahan, penanggulangan, sistem kemitraan dan masyarakat peduli api, tenaga dan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

.